Skip to main content

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.



Semua hal tadi memerlukan tindakan pemberian VTP agar bayi dapat mengadaptasikan dirinya untuk bernafas sendiri pada ekstrauterine. Pemberian VTP bisa dilakukan menggunakan sungkup dengan balon mengembang sendiri atau balon tidak mengembang sendiri. Tindakan VTP ini dilakukan dalam 30 detik dengan cara yang efektif, sehingga tujuan dari pemberian VTP ini bisa tercapai. Setiap 30 detik, perlu dilakukan penilaian apakah pemberian VTP yang dilakukan sudah cukup efektif atau belum.

Untuk mengetahui keefektifan pemberian VTP dengan cara melakukan penilaian kembali setelah 30 detik apakah frekuensi jantung sudah lebih dari 100x/menit. Selain itu pula dilakukan penilaian apakah dada terangkat saat diberikan VTP dan telah ada usaha nafas spontan dari bayi. Dan terakhir, perlu dilakukan penilaian terhadap SpO2 yang terukur apakah telah sesuai dengan target usianya. Namun, apabila salah satu hal tersebut tidak terpenuhi, dapat dipikirkan ketidakefektifan dalam pemberian VTP. Untuk mencegah berulangnya pemberian VTP yang tidak efektif, perlu dilakukan beberapa hal yang dikenal pula dengan istilah "SRIBTA".

Tindakan SRIBTA ini dilakukan untuk mengantisipasi pemberian VTP yang tidak efektif. SRIBTA perlu dilakukan setiap 30 detik apabila dirasakan pemberian VTP yang dilakukan tidak efektif. Jembatan keledai SRIBTA merupakan singkatan dari Sungkup melekat, Reposisi, Isap lendir, Buka mulut, Tekanan dinaikkan, Alternatif jalan nafas.


Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Rekomendasi Suplementasi Besi untuk Anak (IDAI, 2011)

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Angka ini tergolong angka prevalensi yang cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi tersebut. Adanya anemia defisiensi besi akan dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penting untuk dilakukan pencegahan terjadinya hal tersebut.