Skip to main content

Adenotonsilektomi dengan Tekhnik Anestesi Umum

ABSTRAK
Adenotonsilektomi adalah tindakan pengangkatan tonsil dan adenoid. Tindakan adenotonsilektomi menggunakan anestesi umum atau general anestesi dalam pelaksanaannya. Anastesi umum yaitu melakukan tindakan anestesi dengan cara menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. Pada pasien ini dari anamnesa didapatkan nyeri tenggorokan dan nyeri telan kambuhan Sering demam dan terdapat nyeri telinga. Kemudian akan dilakukan adenotonsilektomi dengan anestesi umum. Pasien tidak mempunyai riwayat sesak nafas, riwayat hipertensi dan riwayat perdarahan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda tonsilitis kronik, dan secara umum tidak didapatkan kelainan.

KASUS
Seorang perempuan berusia 14 tahun datang ke poli THT RSUD Temanggung dengan keluhan nyeri telan, sering demam dan nyeri telinga. Tidak batuk dan flu. Nyeri tenggorokan kambuh-kambuhan sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Jika nyeri tenggorokan kambuh disertai dengan demam. Pasien pernah berobat sebelumnya, keluhan membaik tapi masih sering kambuh. Dari pemeriksaan didapatkan, Keadaan Umum Baik, Kesadaran compos mentis,Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu 36,50C. Pemeriksaan kepala-leher, pada hidung tidak ditemukan Polip, maupun perdarahan, Mulut: tidak ada Gigi palsu, Tonsil T3-T3, hiperemis, detritus, kripta melebar, Malampati 1. Limfonodi tidak teraba membesar. Pemeriksaan thorak, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. 

Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap Hb 13,8 g/dL, trombosit 265.103/uL, LED 1 jam 12mm, LED 2 jam 28 mm. Bleeding Time (BT): 5’30”, Clotting Time (CT): 2’00”, Foto Thorax: Pulmo dan besar cor normal

Diagnosis
Adenotonsilitis kronik

Terapi
Adenotonsilektomi dengan menggunakan teknik anestesi umum

DISKUSI
Pada pasien ini dimasukkan ke dalam ASA I (pasien sehat organik, fisiologik, biokimia sehari-hari) karena pada pemeriksaan tidak terdapat kelainan maupun mempunai penyakit bawaan sebelumnya. Teknik yang digunakan adalah tekhnika anestesi umum dengan teknik balance anesthesia yaitu melakukan tindakan anestesi dengan cara menghilangkan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible. 

Obat yang digunakan untuk induksi general adalah Atracurium 15 mg dan Fresofol 100 mg dan maintenance N2O, O2, dan Sevofluran. Maintenance dapat dikerjakan secara intravena (pada TIVA) atau dengan inhalasi atau campuran intravena inhalasi. Maintenance anestesi biasanya mengacu pada trias anestesia yaitu tidur ringan (hipnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.

Premedikasi yang diberikan SA 0,25 mg dan Midazolam 2,5 mg merupakan antikolinergik. Atropin dapat mengurangi sekresi dan mengurangi efek bronkhial dan kardial yang berasal dari rangsangan parasimpatis. Disamping itu efek lainnya adalah melemaskan tonus otot polos dan menurunkan spasme gastrointestinal.

Pemberiannya harus hati- hati dan sebaiknya tidak digunakan pada anestesi regional dan lokal. Penggunaan atropin harus diwaspadai pada pasien dengan suhu diatas normal dan pada penderita jantung fibrilasi aurikuler.Monitoring perioperasi untuk membantu ahli anestesi mendapatkan informasi fungsi organ vital selama perioperasi, supaya dapat bekerja dengan aman. Monitoring secara elektronik membantu ahli anestesi mengadakan observasi pasien lebih efisien secara terus menerus. 

Midazolam merupakan obat penenang (transqualizer), yaitu obat induksi untuk tidur dalam jangka waktu pendek sewaktu premedikasi, induksi dan pemeliharaan anestesi. Midazolam bekerja dengan cepat dan lama kerjanya singkat. Namun pada paasien orang tua dengan perubahan organik otak dan gangguan pada fungsi jantung dan pernapasan haruslah hati- hati diberikan. Efek samping dari pemberian midazolam adalah perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi dan pernafasan.

Komplikasi tindakan pada anestesi umum adalah depresi saluran pernafasan, sumbatan jalan nafas, perubahan tekanan darah (hipotensi dan hipertensi), perubahan irama denyut jantung (bradikardi, tkikardi, aritmia). 

KESIMPULAN
Seorang perempuan, 14 tahun dengan adenotonsilitis kronik direncanakan operasi adenotonsilektomi dengan teknik anestesi general /umum dan pemeriksaan status operatif pasien ASA I. Anestesi menggunakan premedikasi Sulfas atropine 0,25 mg dan Midazolam 2,5 mg. maintenance dengan N2O, O2, dan Sevofluran serta induksi dengan Atracurium 15 mg dan Fresofol 100 mg

DAFTAR PUSTAKA
  1. Uud, S, dr. Anestesi Umum. Handout RSUD Temanggung 
  2. Latief, SA., Suryadi, KA., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FK UI. 
  3. Mansjoer, A., dkk. 2000. Adenotonsilitis. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.

Perbedaan Visum et Repertum, Rekam Medis, dan Surat Keterangan Ahli

Pada postingan sebelumnya, telah dijelaskan apa itu visum et repertum, rekam medis, maupun surat keterangan ahli. Namun, tahukah anda apa perbedaan dari tiap istilah tersebut ? Mungkin tabel berikut dapat menjelaskan apa sebenarnya perbedaan dari ketiga istilah tersebut. Silakan dibaca secara seksama apa perbedaan dari tiap istilah tersebut. Apabila masih ada pertanyaan yang muncul di kepala terkait istilah-istilah ini, ditanyakan melalui kolom komentar di bawah agar lebih jelas. Segala pertanyaan akan saya usahakan untuk dijawab sebisa mungkin. Semoga semua puas, terima kasih.