Skip to main content

Pemeriksaan Radiologi Pada Gagal Ginjal Kronik

ABSTRAK
Gagal ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal tahap akhir. Kerusakan ginjal terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m². Pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronis dapat menggunakan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui etiologi dan pemburuk penyakitnya.

Kata kunci : gagal ginjal kronis, radiologi, pemeriksaan penunjang

KASUS
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut di bagian ulu hati sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien merasa mual dan muntah sebanyak lebih dari 10 kali, berwarna kuning. Pasien juga sering memuntahkan kembali makanan yang dimakan. Selain itu, pasien merasa pusing dan nafsu makan dirasakan menurun. Pasien tidak merasa badannya panas. Tidak ada keluhan BAB dan BAK dirasakan jarang. Pasien sudah memeriksakan diri ke Puskesmas sebelumnya, dan mondok selama 1 hari di Puskesmas, namun keluhan dirasakan masih belum membaik.

Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 210/140 mmHg, konjungtiva anemis di kedua mata, perut tampak kembung, peristaltik normal, adanya pekak beralih dan nyeri tekan di daerah ulu hati. Pemeriksaan darah rutin didapatkan penurunan Hb dan hematokrit. Nilai ureum dan kreatinin mengalami peningkatan.

Dari hasil foto polos abdomen 1 posisi didapatkan jumlah udara dalam usus meningkat disertai adanya foecal material. Tidak ada dilatasi usus, kontour ren Dextra dan Sinistra dalam batas normal. Tak tampak gambaran urolith opaque pada cavum pelvis dan cavum abdomen.

Pemeriksaan USG abdomen didapatkan ukuran hepar normal, struktur echo parenchyma kasar homogen, sistem vaskuler dan bilier tak melebar. Vesica fellea, lien, dan pankreas didapatkan dalam batas normal. Ukuran ren Dextra dan sinistra normal, parenchyma hiperechoik, batas medula tidak jelas. Dinding gaster ireguler, udara meningkat. Vesica urinaria dan uterus dalam batas normal. Tampak cairan bebas intraabdominal / asites

DIAGNOSIS
Kesan foto polos abdomen 1 posisi : Tak tampak gambaran urolith opaque pada daerah tractus urinarius. Peningkatan udara usus dengan foecal material (+++)

Kesan USG abdomen : hepar struktur echoparenchyma kasar, proses radang kronis ren Dextra dan Sinistra, gastritis, dan asites

DISKUSI
Dari hasil anamnesis didapatkan data pasien datang dengan keluhan nyeri perut di bagian ulu hati sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien merasa mual dan muntah sebanyak lebih dari 10 kali, berwarna kuning. Pasien juga sering memuntahkan kembali makanan yang dimakan. Selain itu, pasien merasa pusing dan nafsu makan dirasakan menurun. Tidak ada keluhan BAB. BAK dirasakan jarang. Pasien sudah mondok selama 1 hari di Puskesmas, namun keluhan masih belum membaik.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil anamnesis, dan didapatkan tekanan darah pasien meningkat sebesar 210/140 mmHg, didapatkan pula konjungtiva yang anemis di kedua mata. Dari pemeriksaan abdomen didapatkan perut tampak kembung dengan peristaltik yang normal. Terdapat adanya pekak beralih dan nyeri tekan di daerah ulu hati.

Selanjutnya dilakukan konfirmasi diagnosis dengan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah dan radiologis. Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan adanya penurunan Hb dan hematokrit. Nilai ureum dan kreatinin juga didapatkan mengalami peningkatan.

Dari pemeriksaan radiologi BNO 1 posisi didapatkan adanya peningkatan udara usus dengan foecal material (+++) dan tak tampak gbr urolith opaque pada daerah tractus urinarius. Dari pemeriksaan USG didapatkan hepar struktur echoparenchyma kasar, terdapat proses radang kronis ren Dx dan Sn, gastritis, asites.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dapat ditarik kesimpulan sebagai diagnosis dari pasien ini adalah gagal ginjal kronis dan juga adanya gastritis. Dimana gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.

Pada kasus ini, pasien juga mengalami peningkatan kadar ureum dan peningkatan pesat dari kreatinin dalam darah. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan terjadi di ginjal. Karena apabila yang meningkat hanya kadar ureum tanpa disertai peningkatan kadar kreatinin, menunjukkan bahwa kerusakan terjadi di prarenal.

Gagal ginjal kronis yang dialami pasien kemungkinan disebabkan oleh adanya hipertensi yang diderita oleh pasien sejak lama. Adanya hipertensi akan dapat menyebabkan filtrasi darah di glomerulus akan terganggu. Hingga semakin lama semakin memperberat kerja dari ginjal pasien. Oleh karena itu dimanifestasikan sebagai ketidakmampuan dari ginjal untuk melakukan fungsi fisiologisnya secara normal.

Pada kasus ini, pasien juga mengalami anemia. Pada dasarnya anemia pada GGK adalah akibat adanya defek eritropoesis terhadap rangsangan hipoksia. Di samping itu sumsum tulang tidak bereaksi terhadap umur eritrosit yang memendek (sumsum yang nongeneratif).

KESIMPULAN
Pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronis dapat menggunakan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi digunakan untuk diagnosis etiologi gagal ginjal kronis. Beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnosis etiologinya yaitu foto polos perut, ultrasonografi (USG), nefrotomogram, pielografi retrograde, pielografi antegrade dan Micturating Cysto Urography (MCU). Kegunaan lainnya yaitu untuk diagnosis pemburuk faal ginjal. Yaitu dengan pemeriksaan radiologi dan radionuklida (renogram) dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).

DAFTAR PUSTAKA
  1. Price Wilson.1995. Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit. Edisi I. EGC. Jakarta. 
  2. Sudoyo, et al. 2006. Buku ajar Imu Penyakit Dalam. FKUI. Jilid I dan II. Jakarta. 
  3. Sheerwood. 2001. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC. Jakarta. 
  4. Underwood. 2000. Patologi umum dan sistemik. Edisi II. EGC. Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.

Perbedaan Visum et Repertum, Rekam Medis, dan Surat Keterangan Ahli

Pada postingan sebelumnya, telah dijelaskan apa itu visum et repertum, rekam medis, maupun surat keterangan ahli. Namun, tahukah anda apa perbedaan dari tiap istilah tersebut ? Mungkin tabel berikut dapat menjelaskan apa sebenarnya perbedaan dari ketiga istilah tersebut. Silakan dibaca secara seksama apa perbedaan dari tiap istilah tersebut. Apabila masih ada pertanyaan yang muncul di kepala terkait istilah-istilah ini, ditanyakan melalui kolom komentar di bawah agar lebih jelas. Segala pertanyaan akan saya usahakan untuk dijawab sebisa mungkin. Semoga semua puas, terima kasih.