Skip to main content

Memar

Memar adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena, tanpa adanya kerusakan kulit, yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Memar biasanya disebabkan oleh kekerasan tumpul, diantaranya oleh karena pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar dan kasar, cedera akibat senjata tumpul.

Beberapa penyakit bisa menyebabkan memar walaupun hanya mendapatkan tekanan atau pukulan ringan, misalnya batuk rejan, leukemia, hemofilia, dan skorbut (defisiensi vitamin C).

Bentuk memar biasanya bundar, tetapi kadang kala dapat juga menunjukkan penyebab timbulnya memar. Misalkan pada luka memar jejas ban yang ditimbulkan oleh penekanan permukaan ban pada kulit yang menyebabkan terjadi perdarahan bawah kulit yang kemudian berpindah tempat ke daerah yang kurang tertekan, yakni pada daerah cekungan pada muka ban, berupa perdarahan tepi (marginal haemorrhage). Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan. Darah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban.

Usia dari memar tersebut juga dapat diperkirakan, sehingga dengan demikian juga dapat memperkirakan saat terjadinya cedera.
Warna
Usia memar
Merah
Masih baru, sekitar 1-2 jam
Biru
Beberapa jam sampai 3 hari
Hitam coklat
Hari ke-4
Hijau
Antara 4-6 hari
Kuning
Antara 6-12 hari
Normal
2 minggu

Daftar diatas merupakan petunjuk secara kasar untuk memperkirakan usia memar. Sebenarnya tidak ada petunjuk pasti yang bisa menentukan usia memar karena perubahan warna yang terjadi juga sangat bergantung kepada beberapa faktor, misalnya ukuran memar, dalamnya, dan letak memar tersebut.

Memar biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat menyebabkan keadaan yang fatal.

Referensi
  1. Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, ed. 1. Binarupa Aksara : Jakarta. 
  2. Chadha, P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi, ed. 5. Widya Medika : Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.

Perbedaan Visum et Repertum, Rekam Medis, dan Surat Keterangan Ahli

Pada postingan sebelumnya, telah dijelaskan apa itu visum et repertum, rekam medis, maupun surat keterangan ahli. Namun, tahukah anda apa perbedaan dari tiap istilah tersebut ? Mungkin tabel berikut dapat menjelaskan apa sebenarnya perbedaan dari ketiga istilah tersebut. Silakan dibaca secara seksama apa perbedaan dari tiap istilah tersebut. Apabila masih ada pertanyaan yang muncul di kepala terkait istilah-istilah ini, ditanyakan melalui kolom komentar di bawah agar lebih jelas. Segala pertanyaan akan saya usahakan untuk dijawab sebisa mungkin. Semoga semua puas, terima kasih.