Skip to main content

Penatalaksanaan Disentri Amuba dan Disentri Basiller pada Bayi Usia 7 Bulan

ABSTRAK
Disentri ialah radang usus yang menimbulkan gejala meluas, seperti buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus), nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri amuba (amebiasis) merupakan penyebab utama kematian nomor tiga di dunia sebagai akibat dari infeksi parasit Entamoeba hystolitica dalam usus besar. Disentri basiller ialah diare yang disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi colon. Etiologi bakteri berupa Shigella, Enteroinvasif E. Coli, Salmonella, dan Campylobacter jejuni. Transmisi diare ini melalui fekal-oral dan melalui makanan / air yang terkontaminasi. Manifestasi klinis disentri basiller diantaranya diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja, panas tinggi (39,5 - 40,0 C), muntah-muntah, anoreksia, sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

ISI
Anak laki-laki usia 7 bulan datang dengan keluhan diare cair sejak 3 hari SMRS, frekuensi 5 kali berbau asam dan berwarna hijau. Pasien muntah 6 kali/hari setiap makan/minum. Nafsu makan dirasakan berkurang. BAK dirasakan tak ada keluhan. Sehari sebelumnya, anak mengalami panas, batuk dan pilek. Sudah berobat ke bidan dan diberi penurun panas serta pereda batuk dan pilek, tetapi keluhan belum membaik. Terdapat riwayat keluarga yang menderita penyakit serupa 2 minggu yang lalu dan sudah sembuh.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesan umum, pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, tampak rewel, terpasang infus KaEN 3A 10 tpm. Hasil pemeriksaan vital sign didapatkan nadi 156x/menit (regular), RR 36x/menit (regular) dan suhu aksila 37,4oC. Tampak kedua mata cekung, tidak anemis dan tidak ikterik, serta masih dapat mengeluarkan air mata ketika menangis. Mukosa mulut tampak agak kering. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan peningkatan peristaltic usus, hipertimpani, serta turgor kulit menurun.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan gambaran morfologi darah tepi eritrosit, leukosit, dan trombosit normal. Pemeriksaan urin rutin dalam batas normal. Pemeriksaan feses rutin didapatkan lembek, berbau asam dan berwarna hijau secara makroskopis, terdapat gambaran bakteri dan amoeba secara mikroskopis. 

DIAGNOSIS
Disentri amuba dan disentri basiller dengan dehidrasi sedang, status gizi baik, riwayat imunisasi dasar belum lengkap, riwayat perkembangan baik, keadaan sosial baik, keadaan ekonomi kurang, dan keadaan lingkungan yang cukup baik.

TERAPI
Selama perawatan, pasien mendapatkan tatalaksana medikamentosa berupa pemberian infus kaen 3A, inj. cefotaxime i.v, inj. ondansetron iv (bila muntah), pamol syrup (bila panas), L bio, zinc syrup, dan metronidazole.

DISKUSI
Dalam kasus ini, anak laki-laki usia 7 bulan datang dengan keluhan diare cair sejak 3 hari SMRS, frekuensi 5 kali berbau asam dan berwarna hijau. Pasien juga mengalami muntah setiap makan dan minum. Terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang dari hasil pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan feses rutin didapatkan gambaran bakteri dan amoeba secara mikroskopis. Selama perawatan, pasien mendapatkan tatalaksana medikamentosa berupa pemberian cairan intravena untuk rehidrasi, diet, obat-obatan antibiotik, dan pengobatan simptomatik. Antibiotik yang efektif untuk disentri amoeba adalah metronidazole dengan dosis 35-50/kg BB/hari diberikan 3 kali sehari selama 5 hari. Metronidazole sebagai antibiotik berfungsi untuk memusnahkan parasit. 

KESIMPULAN
Diare diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare karena infeksi dan non infeksi. Pada pasien ini kemungkinan yang terjadi adalah diare karena infeksi yang disebakan oleh amuba. Pada pasien ditemukan tanda-tanda dehidrasi yang termasuk dalam klasifikasi dehidrasi sedang. Penegakan diagnosis pada pasien ini ialah dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Prinsip penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan prinsip penatalaksanaan pasien diare infeksi dengan dehidrasi tak berat.

REFERENSI
  1. Sudigbia I. Pengantar diare akut anak. Semarang : Badan penerbit FK UNDIP, 1991. 
  2. Sudigbia I, Budi Santoso, Hartantyo. Diare akut. Dalam : Pedoman pelayanan medik anak RSDK/FK UNDIP. Semarang : Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP, 1989. 
  3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak I. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985 : 283 – 311 
  4. Partawihardja IS. Pengantar diare akut anak diare kronik, suatu pengenalan awal. Penatalaksana diatetik penderita diare anak, Semarang 26 September 1991, Badan penerbit Universitas Diponegoro, 1991 : 1- 28 
  5. Suharyono. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1998: 152-4. 

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.

Perbedaan Visum et Repertum, Rekam Medis, dan Surat Keterangan Ahli

Pada postingan sebelumnya, telah dijelaskan apa itu visum et repertum, rekam medis, maupun surat keterangan ahli. Namun, tahukah anda apa perbedaan dari tiap istilah tersebut ? Mungkin tabel berikut dapat menjelaskan apa sebenarnya perbedaan dari ketiga istilah tersebut. Silakan dibaca secara seksama apa perbedaan dari tiap istilah tersebut. Apabila masih ada pertanyaan yang muncul di kepala terkait istilah-istilah ini, ditanyakan melalui kolom komentar di bawah agar lebih jelas. Segala pertanyaan akan saya usahakan untuk dijawab sebisa mungkin. Semoga semua puas, terima kasih.