Skip to main content

Dosis OAT anak

Obat anti tuberkulosis (OAT) pada anak memiliki jenis obat yang hampir sama dengan untuk dewasa. Hanya saja tidak semua regimen obat dengan mudah dapat diberikan pada anak. Perhatikan pula efek samping pengobatan yang akan timbul apabila mengkonsumsi obat anti tuberkulosis tersebut pada anak.



Pemberian OAT pada anak penting juga dalam memberikan jumlah obat yang akan dikonsumsi sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai dosis pemberian obat anti tuberkulosis yang dianjurkan. Mulai dari pemberian isoniazide, rifampicin, pirazinamid, dan etambutol. Terdapat dosis obat dalam sekali minum setiap harinya dan juga dosis maksimal pengobatan tersebut. Efek samping tiap obat juga disajikan dalam gambar di bawah ini. Data diambil dan disarikan berdasarkan petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).


Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.

Rekomendasi Suplementasi Besi untuk Anak (IDAI, 2011)

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Angka ini tergolong angka prevalensi yang cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi tersebut. Adanya anemia defisiensi besi akan dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penting untuk dilakukan pencegahan terjadinya hal tersebut.