Skip to main content

General Anxiety Disorders Pada Pasien TBC dengan Riwayat Merokok

ABSTRAK 
General anxiety disorders atau gangguan cemas menyeluruh adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), tetapi tidak terbatas pada atau hanya menonjol pada setiap keadaan lingkungan tertentu saja. Penulisan ini ditujukan untuk mempelajari diagnosis dan penatalaksanaan adanya gangguan cemas pada pasien penderita tbc dengan riwayat merokok. Pada kasus ini seorang laki-laki, 50 tahun, tidak bisa tidur walaupun merasa mengantuk di malam hari, namun tidak bisa memulai tidur hingga pagi hari. Pasien merasa lemas dipagi hari apabila dia tidak tidur dimalam hari sehingga aktivitas bekerjanya terganggu. Saat itu, dia menderita penyakit DM, Hipertensi, TBC, dan maag dan khawatir apabila penyakitnya dapat membuatnya meninggal.

Keywords: general anxiety disorders, tbc, merokok

HISTORY
Seorang laki-laki, 50 tahun, sudah menikah, tinggal bersama istri ke dua dan ibu mertua serta saudara iparnya, pendidikan terakhir SD tidak tamat, datang ke poliklinik jiwa sendirian dengan keluhan tidak bisa tidur. Pasien merasa mengantuk di malam hari, namun tidak bisa memulai tidur hingga pagi hari. Pasien merasa lemas dipagi hari apabila dia tidak tidur dimalam hari sehingga aktivitas bekerjanya terganggu. Pasien juga tidak bisa tidur disiang hari. Keluhan tersebut dirasakan sejak tahun 2001 saat istri pertamanya menjadi TKW. Tahun 2009, ia menderita penyakit DM, Hipertensi, TBC, dan maag. Pada saat sendirian, melamun, dan di malam hari, ia selalu khawatir akan keadaan sakitnya. Dia takut sakitnya bertambah parah dan takut meninggal akan sakitnya.

Pemeriksaan fisik berupa keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu afebris. Status psikiatrik tampak laki-laki, sesuai umur, kontak mata baik, perawatan diri cukup baik, status gizi kurang, kooperatif. Mood dan afek labil, appropriate, fungsi Intelektual (kognitif) baik, gangguan persepsi tidak ada, proses pikir berupa bentuk pikir logis dan realistik. Tidak ada waham, persepsi (tanggapan) pasien tentang diri dan kehidupannya baik, pasien ingin segera sembuh dari sakitnya. Insight (tilikan diri) baik.

DIAGNOSIS
F41.1 General Anxiety Disorder (Gangguan cemas menyeluruh)

TERAPI
Psikofarmaka (Anticemas : alprazolam 1 X 0,5 mg) dan Psikoterapi (Terapi suportif dan Terapi keluarga)

DISKUSI
Seorang laki-laki, 50 tahun, perokok, keluhan tidak bisa tidur. Pasien merasa mengantuk di malam hari, namun tidak bisa memulai tidur hingga pagi hari. Pasien merasa lemas dipagi hari apabila dia tidak tidur dimalam hari sehingga aktivitas bekerjanya terganggu dia juga menderita penyakit DM, Hipertensi, TBC, dan maag. Pada saat sendirian, melamun, dan di malam hari, dia selalu khawatir akan keadaan sakitnya. Dia takut sakitnya bertambah parah dan takut meninggal akan sakitnya. Gejala yang dominan bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, sakit kepala dan keluhan epigastrik adalah keluhan-keluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan meninggal dunia.

Berdasarkan PPDGJ III kasus diatas dapat digolongkan dalam Gangguan cemas menyeluruh. Gangguan cemas menyeluruh adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), tetapi tidak terbatas pada atau hanya menonjol pada setiap keadaan lingkungan tertentu saja. Sering kali pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh menghubungi dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam untuk membantu beberapa gejala somatik. Gangguan medis nonpsikiatrik spesifik jarang ditemukan, dan pasien adalah bervariasi dalam perilaku mencari dokter. Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi.

KESIMPULAN
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status psikiatri menuju kearah diagnosis gangguan cemas menyeluruh. Sering kali pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh menghubungi dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam untuk membantu beberapa gejala somatik. Gangguan medis nonpsikiatrik spesifik jarang ditemukan, dan pasien adalah bervariasi dalam perilaku mencari dokter. Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi.

DAFTAR PUSTAKA 
  1. Depkes RI, 1993. Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa. Edisi ke- III. Jakarta. 
  2. Dunitz, M., 1998. General Anxiety Disorder: Diagnosis, Treatment, and its Relationship to Other Anxiety Disorders. Martin Dunitz Ltd., London. 
  3. Hawari D., 2002. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 
  4. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., Grebb, J. A. 1997. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta. 
  5. Sadock, B. J., Sadock, V. A. 2003. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Williams and Wilkins, Ninth Edition, London. 
  6. Stahl S.M., 2000, Essential Psychopharmacology, Second Edition, Cambridge University Press.

Comments

Popular posts from this blog

Langkah Awal Resusitasi Neonatus dengan HAIKAL

Dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus, perlu kita perhatikan kesiapan semua aspek. Mulai dari kesiapan alat, kesiapan penolong, kesiapan ruangan, kesiapan tim, bahkan kesiapan dari keluarga untuk mengantisipasi semua hal yang dapat terjadi pada saat proses persalinan. Neonatus dilahirkan ke dunia butuh proses untuk mengadaptasikan dirinya yang awalnya berada intrauterine untuk menjadi tumbuh dan berkembang secara ekstrauterine. Semua itu butuh kesiapan dari seluruh organ yang ada di dalam tubuhnya untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Penilaian VTP Tidak Efektif dengan SRIBTA

Ada kalanya dalam melakukan tindakan resusitasi neonatus kita memerlukan tindakan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) dikarenakan kondisi pernafasan bayi belum adekuat untuk bisa bertahan hidup dalam proses adaptasinya dengan lingkungan ekstrauterine. Pemberian VTP diindikasikan pada kondisi berikut, yaitu pertama terjadinya pernafasan yang megap-megap dari bayi atau apneu. Yang kedua, walau bayi dapat bernafas spontan, namun frekuensi jantung kurang dari 100x/menit. Selanjutnya, yang ketiga, SpO2 yang terukur berada di bawah target SpO2 walaupun sudah diberikan O2 aliran bebas.

Rekomendasi Suplementasi Besi untuk Anak (IDAI, 2011)

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Angka ini tergolong angka prevalensi yang cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi tersebut. Adanya anemia defisiensi besi akan dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penting untuk dilakukan pencegahan terjadinya hal tersebut.