BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan bentuk
kegagalan reproduksi yang menjadi masalah besar bagi kesehatan dan kehidupan
sosial pasangan suami-istri di seluruh dunia. Sekitar 8-10% pasangan di seluruh
dunia mengalami infertilitas selama masa reprodusinya. Secara garis besar,
kelainan atau gangguan dapat terjadi pada testis dan epididimis, korda
spermatika dan tunika vaginalis. Torsio testis dan varikokel merupakan gangguan
yang khususnya terjadi pada korda spermatika dan masih merupakan kasus yang
jarang terjadi. Menurut penelitian keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000
pria yang berumur kurang dari 25 tahun. Testis merupakan bagian dari organ
genitalia pria, sehingga gangguan pada testis yang disebabkan oleh torsio
testis tentu dapat mengganggu fungsi reproduksi (Linchan, 1994). Begitu pula
apabila terjadidilatasi abnormal dari pleksus pampiniformis yang angka
kejadiannya pada pria dewasa muda mencapai 15% dan mampu menyebabkan
infertilitas pada pria hingga 21-41%.
Hambatan kesuburan pada pria
umumnya baru terdeteksi setelah yang bersangkutan menikah sekian tahun namun
tidak kunjung dikaruniai momongan. Setelah menjalani pemeriksaan dengan
seksama, barulah dapat diketahui kelainan yang menjadi penyebabnya, yang salah
satunya adalah varises pada pria atau varikokel. Pada prinsipnya varises adalah
pelebaran pada katup-katup vena (pembuluh darah balik).
Seperti halnya varises yang
terdapat pada organ-organ tubuh lain, jalan terakhir yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan masalah ini adalah operasi. Operasi varikokel dilakukan agar keadaan
patologis diatas dapat dihilangkan sehingga diharapkan spermatogenesis dapat
berjalan normal dan gangguan fertilitas dapat dihilangkan.
B.Tujuan
Tujuan penulisan referat ini
adalah untuk mengetahui definisi, patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala,
diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis dari varikokel sehingga dapat
memberikan tatalaksana yang lebih baik terhadap varikokel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
Varikokel adalah dilatasi
abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel
merupakan salah satu penyebab infertilitas pria dan didapatkan 21-41% pria yang
mandul menderita varikokel.
B.Anatomi
Skrotum dan penis adalah dua
organ genital maskulin eksterna, skrotum dapat dianggap sebagai kantung yang
menonjol ke luar dari bagian bawah dinding anterior abdomen, yang mengandung
ujung bawah funikulus spermatikus, testis dan epididimis. Sedangkan organ
genital maskulin interna diantaranya adalah testis, epididimis, duktus
deferens, duktus ejaculatorius, uretra, vesica seminalis (glandula seminalis),
prostat, glandula bulbouretralis, glandula uretralis.
Funikulus spermatikus
merupakan gabungan struktur-struktur yang melalui kanalis inguinalis dan
berjalan menuju testis dan dari testis. Struktur-struktur yang terdapat pada
funikulus spermatikus adalah vas deferens berfungsi sebagai pengangkut
spermatozoa dari epididimis, vena testikularis atau merupakan suatu pleksus
vena yang meluas (pleksus pampiniformis), saraf otonom dan prosesus vaginalis.
Testis merupakan organ yang
mudah bergerak, yang terletak dalam skrotum.ukuran testis pada orang dewasa
adalah 4 x 3 x 2,5 cm dengan volume 15-25 ml, berbentuk ovoid. Masing-masing
testis dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang kuat (tunika albuginea) yang membagi
dalam organ menjadi lobulus-lobulus, dengan tiga tubulus seminiferus yang
berkelok-kelok di setiap lobulus. Rete testis adalah tempat dimana tubulus tadi
bermuara, yang dihubungkan dengan ujung atas epididimis oleh duktus eferentes.
Testis mengalami desensus melalui pelvis dan kanalis inguinalis selama bulan ke
tujuh dan ke delapan kehidupan fetal. Ragsangan normal untuk desensus testis
adalah testosteron yang disekresi oleh testis fetus. Testis mendapat tiga
selubung yang sama atau tiga lapisan fasia konsentrik.
Sperma atau semen terdiri atas
spermatozoa (dihasilkan oleh testis), getah dari glandula seminalis dan
prostat. Aliran spermatozoa dan sperma berturut-turut adalah tubuli seminiferi
kontorti, tubuli seminiferi rekti, rete testis, duktus eferentes testis, duktus
epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius, hingga pars prostatika.
Spermatogenesis normal hanya
dapat terjadi bila berada dalam suhu yang lebih rendah daripada suhu abdomen.
Testis yang berada di dalam skrotum, berada dalam suhu 3ºC lebih rendah daripada
suhu abdomen. Pengaturan suhu testis dalam skrotum tidak sepenuhnya dimengerti,
di luar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan
viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada
disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen
untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil atau dalam pembahasan
lain disebutkan bahwa daerah permukaan kulit skrotumsecara refleks dapat diubah
dengan kontraksi muskulus dartos dan muskulus kremaster. Secara histopatologis,
testis terdiri dari atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas
tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia
dan sel sertoli, sedangkan diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel leydig.
Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa.
Sel-sel sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel
leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon
testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis
disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi di epididimis setelah mature
(dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama getah dengan getah dari epididimis
dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah
dicampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula
seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen atau mani. Testis
mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika interna
yang merupakan cabang dari aorta, arteri deferensialis cabang dari arteri
vesikalis inferior, arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri
epigastrika. Sekarang diketahui bahwa vena-vena testikularis dalam funukilus
spermatikus yang membentuk pleksus pampiniformis bersama dengan cabang-cabang
arteri testikularis, yang terletak dekat dengan vena mungkin membantu
menstabilkan suhu testis dengan mekanisme pertukaran panas secara counter-current.
Fertilitas adalah kemampuan
seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang
mampu menghamilinya. Infertilitas adalah gangguan kemampuan reproduksi yang
meskipun dapat terjadi pembuahan, tetapi kehamilan yang terjadi terganggu dalam
perjalanannya dan berakhir dengan keguguran atau lahirnya bayi mati.
Pasangan infertil merupakan
pasangan suami-istri yang meski dengan senggama teratur tanpa pemakaian
ontrasepsi, dalam masa 12 bulan berturut-turut tidak menghasilkan kehamilan
dan/atau melahirkan bayi hidup.
Epididimis merupakan saluran
yang sangat berkelok-kelok yang panjangnya 20 feet (6 m), terbenam dalam
jaringan ikat, berasal dari kauda epididimis sebagai vas deferens, yang masuk
ke funikulus spermatikus. Epididimis ini mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan
spermatozoa dan memungkinkannya untuk menjadi matang. Fungsi penting lain dari
epididimis adalah mengabsorbsi cairan, atau fungsi lainnya yang mungkin juga
memberikan makanan pada sperma yang sedang matang.
C.Patofisiologi
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses
spermatogenesis melalui beberapa cara, antara lain:
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal
(antara lain katekolamin dan prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke
testis.
3. Peningkatan suhu testis.
4. adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis
kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari
testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis
testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
Pleksus pampiniformis atau
pembuluh vena yang meninggalkan testis pada beberapa orang dapat mengalami
dilatasi yang abnormal akibat adanya gangguan aliran balik vena spermatika
interna dan dikenal sebagai varikokel. Varikokel lebih sering mengenai testis
kiri dibanding testis kanan, oleh karena vena spermatika interna kiri bermuara
pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan vena spermatika interna
kanan bermuara pada vena cava yang agak miring. Faktor lain selain itu adalah vena spermatika kiri
lebih panjang dari kanan.
Varikokel mungkin juga
disebabkan oleh terlambatnya aliran pembuluh vena renal kiri, sperti tumor
ginjal dan tekanan keras dari otot-otot perut. Timbulnya varikokel secara
tiba-tiba bisa menjadi petunjuk adanya masalah yang lebih serius, seperti
penyumbatan ginjal atau tumor lokal. Aliran darah yang tidak normal disebabkan
oleh varikokel yang dapat mempengaruhi konsentrasi kondisi testosteron di
testis yang pada akhirnya menghambat produksi sperma.
Varikokel dapat juga
menyebabkan menurunnya jumlah oksigen dan zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan sperma. Sperma dengan varikokel mudah menyusut dan hancur. Biasanya
tidak ada gejala yang menyertai varikokel, namun beberapa pria terdapat
perasaan berat pada sisi yang terkena. Pada pemeriksaan fisik terdapat massa
yang teraba seperti kantung cacing dan tidak teraba pada posisi berbaring.
D.Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti
varikokel belum diketahui, namun beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai
pemicunya :
- Faktor
genetik
Orang tua dengan varikokel
memiliki kecenderungan menurunkannya pada anak. Karena sejak lahir, anak-anak
ini mewarisi pembuluh-pembuluh darah yang mudah melebar.
- Makanan
Beberapa jenis makanan yang
dioksidasi tinggi, dapat merusak pembuluh darah. Contohnya adalah makanan yang
diolah dengan cara dibakar.
- Suhu
Idealnya suhu testis adalah
1-2 ºC dibawah suhu tubuh. Suhu yang tinggi sekitar testis dapat memicu
pelebaran pembuluh darah balik daerah itu. Awalnya, suhu tinggi ini sangat
berpotensi menurunkan kualitas sperma pada akhirnya akan mengganggu fungsi testis
dalam menghasilkan sperma.
Sudah bukan rahasia lagi jika
suhu tinggi bukanlah hal yang ramah terhadap organ reproduksi pria. Para pria
yang bekerja di pertambangan, juru masak profesional atau mereka yang bekerja
di tempat-tempat yang memiliki tingkat radiasi tinggi dan sejenisnya, merupakan
kelompok yang beresiko tinggi terkena varikokel. Karena organ reproduksi mereka
cenderung berada pada kondisi dengan suhu diatas rata-rata untuk jangka waktu
lama.
- Tekanan intraabdomen
tinggi
Pria dengan rutinitas
sehari-hari yang menyebabkan tekanan tinggi di daerah sekitar perut pun bisa
memicu munculnya varikokel. Jangan bayangkan hanya aktivitas fisik yang
dilakukan buruh saja yang akan membuat tekanan abdomen tinggi. Seorang penyanyi, bila teknik menyanyinya
tidak banar pun bisa mengalami peningkatan tekanan intrabdomen.
Faktor-faktor resiko ini tidak
bisa disama ratakan pada setiap pria, sebab pria dengan gaya hidup tidak sehat dan
selalu di ruangan dengan suhu tinggi pun kadang tidak bermasalah. Sebaliknya,
pria yang selalu menjaga kesehatanyya secara umum namun tetap saja terkena
varikokel.
E.Gambaran Klinis dan Diagnosis
Pasien datang ke dokter
biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah, atau
kadang-kadang mengeluh ada benjolan di atas testis yang terasa nyeri.
Pemeriksaan dilakukan dalam
posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum kemudian dilakukan palpasi.
Jika diperlukan, pasien diminta untuk melakukan manuver valsava atau mengedan.
Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti
kumpulan cacing-cacing di dalam kantung yang berada di sebelah kranial testis.
Secara klinis varikokel
dibedakan dalam 3 derajat, yaitu :
- Derajat kecil
: adalah verikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan manuver
valsava.
- Derajat sedang : adalah varikokel yang
dapat dipalpasi tanpa melakukan manuver valsava
- derajat
berat : adalah varikokel yang sudah daptdilihat bentuknya tanpa melakukan
manuver valsava.
Kadangkala sulit untuk
menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun terdapat tanda-tanda
lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaaan auskultasi
dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat
mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis.
Varikokel yang sulit diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel
subklinik.
Diperhatikan pula konsistensi
testis maupun ukurannya, dengan membandingkan testis kiri dengan testis kanan.
Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume testis dilakukan
pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin testis teraba
kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel germinal.
Untuk menilai seberapa jauh
varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubulus seminiferi dilakukan
pemeriksaan analisis semen. Menurut
Mc Leod, hasil analisis semen pada verikokel menunjukkan pola stress yaitu
menurunnya motilitas sperma, meningkatnya jumlah perma muda (immature) dan
terdapat kelainan bentuk sperma (tapered)
F. Terapi
Masih terjadi silang pendapat
diantara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan operasi varikokel. Diantara
mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah menimbulkan gangguan vertilitas
atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu
terapi. tindakan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi.
1. Ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi.
2. Varikokelektomi cara Ivanisevich.
3. atau secara perkutan dengan memasukkan bahan
sklerosing ke dalam vena spermatika interna (embolisasi).
Keuntungan embolisasi varikokel antara lain:
- sama
efektifnya dengan pembedahan, dibuktikan dengan peningkatan analisis semen
dan rata-rata kehamilan.
- Tidak
membutuhkan insisi pembedahan.
- Rata-rata
komplikasi rendah.
- Waktu
pemulihan lebih cepat.
Paska tindakan dilakukan
evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa indikator antara lain:
- Bertambahnya
volume testis.
- Perbaikan
hasil analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan).
- Pasangan itu menjadi hamil.
G.Prognosis
Pada kerusakan testis yang
belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari Palomo didapatkan 80%
terjadiperbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen, dan
50% pasangan menjadi hamil.
BAB III
KESIMPULAN
Varikokel adalah dilatasi
abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel
merupakan salah satu penyebab infertilitas pria dan didapatkan 21-41% pria yang
mandul menderita varikokel.
Varikokel lebih sering mengenai
testis kiri. Biasanya tidak ada gejala yang menyertai varikokel, namun beberapa
pria terdapat perasaan berat pada sisi yang terkena. Pada pemeriksaan fisik terdapat massa yang
teraba sebagai ‘sekantung cacing’ massa ini timbul pada posisi tegak tetapi
dapat mengosongkan isinya, dan tidak teraba pada sisi berbaring. Perbaikan
verikokel yaitu dengan cara pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
- Robson WLM, Leung AKC. The circumcicion question. Postgrad Med.1992; 91:237-43.
- Gee WF, Ansell JS. Neonatal circumcision: a ten year overview. Pediatrics. 1976; 58: 842-7.
- Thomas LTC, Wiswell, Geschke DW. Risks from circumcision during the first month of life compared with those for uncircumcision boys. Pediatrics. 1989; 83: 1011-14.
- Garat JM, Chechile G, Algaba F, Santalaria JM. Balantis Xerotica Obliterans in Children. Indian J Urol. 1986; 136: 436-7.
- Kumar R, Gupta NP. Varococele and the urologist. Indian J Urol. 2006; 22: 98-104.
- F.H. COMHAIRE, D. DE KRETSER, T.M.M. FARLEY, P.J. ROWE, on behalf of the World Health Organization Task Force on the Diagnosis and Treatment of Infertility: The influence of varicocele on parameters of fertility in a large group of men presenting to infertility clinics. Fertility and Sterility, 1992; 57: 1289-1293
- F.H. COMHAIRE: Varicocele and its role in male infertility. Oxford reviews of Reproductive Biology, 1986; 8: 165-213.
- M. KUNNEN, F.H. COMHAIRE: Fertility after varicocele embolization with Bucrylate. Annales de Radiologie, 1986; 29: 169-171.
- F.H. COMHAIRE, M. KUNNEN: Factors affecting the probability of conception after treatment of subfertile men with varicocele by transcatheter embolization with Bucrylate. Fertility and Sterility, 1985; 43: 781-786.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar yang diberikan.. Akan disampaikan dan ditanggapi segera..