DEFINISI
DM Tipe 2 adalah sekelompok gangguan heterogen yang pada umumnya ditandai dengan terdapatnya berbagai derajat resistensi insulin, gangguan sekresi insulin, dan peningkatan produksi glukosa (Powers, 2001).
ETIOLOGI
Faktor genetik
DM tipe 2 memiliki komponen genetik yang kuat. Meskipun gen utama yang mengakibatkan terjadinya gangguan belum teridentifikasi, telah jelas bahwa penyakit ini merupakan penyakit poligenik dan multifaktorial (Powers, 2001). Namun modus pewarisan defek genetik tersebut hingga saat ini belum terungkap seluruhnya (Asdie, 1990).
Faktor lingkungan
Meskipun faktor genetik berperan kuat terhadap terjadinya DM tipe 2, faktor lingkungan juga dapat ikut berperan dalam patogenesis DM tipe 2 (Unger & Foster, 1985). Obesitas, diet, aktivitas fisik, lingkungan intra-uteri, dan stress adalah beberapa faktor yang paling sering terlibat (Salans, 1986).
Faktor-faktor lain
Faktor-faktor genetik yang berkaitan dengan non-diabetik lain dan konstitusi genetik secara keseluruhan pada tiap individu juga dapat berperan dalam ekspresi klinis dari suseptibilitas genetik (Salans, 1986).
PATOFISIOLOGI
Menurut Powers (2001) DM tipe 2 ditandai dengan adanya tiga macam abnormalitas patofisiologis, yaitu : gangguan sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
Resistensi insulin
Resistensi insulin disebabkan oleh menurunnya kemampuan insulin untuk beraksi secara efektif pada jaringan target perifer (terutama otot dan hati), dan hal ini merupakan suatu gambaran yang mencolok dari DM tipe 2. Resistensi ini bersifat relatif, karena kadar insulin sirkulasi yang normal akan menormalkan glukosa plasma. Resistensi terhadap aksi insulin akan mengganggu penggunaan glukosa oleh jaringan yang sensitif terhadap insulin dan meningkatkan produksi glukosa hati. Hal tersebut dapat memperberat hiperglikemia yang terjadi.
Gangguan sekresi insulin
Pada DM tipe 2, semula sekresi insulin meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin, dalam upaya mempertahankan toleransi glukosa normal. Pada awalnya sekresi insulin ringan dan secara selektif mempengaruhi sekresi insulin yang terstimulasi glukosa. Respon terhadap sekret non-glukosa lain, seperti arginin, tetap dipertahankan. Akhirnya defek sekresi insulin menyebabkan keadaan sekresi insulin yang inadekuat. Sejumlah insulin endogen masih diproduksi, namun dengan jumlah yang lebih sedikit daripada insulin endogen yang disekresi oleh individu normal dengan konsentrasi glukosa plasma yang sama.
Peningkatan produksi glukosa hepar
Hati mempertahankan glukosa plasma dalam keadaan puasa melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, dengan menggunakan substrat yang diperoleh dari otot skelet dan lemak (alanin, laktat, gliserol, dan asam lemak). Insulin memacu penyimpanan glukosa sebagai glikogen hati dan menekan glukoneogenesis. Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada hati timbul akibat kegagalan hiperinsulinemia untuk menekan glukoneogenesis, yang berakibat terjadinya hiperglikemia dalam keadaan puasa dan menurunnya penyimpanan glukosa oleh hati pada keadaan post prandial.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengelolaan DM jangka pendek adalah hilangnya keluhan dan tanda DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat, sedangkan tujuan jangka panjang adalah tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati dengantujuan akhir turunnya morbiditas dna mortalitas dini DM.
Pilar pengelolaan DM terdiri dari 4 hal, yaitu:
Edukasi
Yang meliputi pemahaman tentang penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM, penyulit DM, intervensi farmakologis dan non-farmakologis, hipoglikemia, masalah khusus yang dihadapi, cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan, cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Perencanaan Makan
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan Diabetes, meskipun sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing individu. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi berikut : karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 %, lemak 20-25 % . Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan rumus Broca.
Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus : IMT=BB (Kg) /TB (m)2
Klasifikasi IMT (Klasifikasi Asia Pasifik):
BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥ 23,0
Dengan resiko 23,0-24,9
Obes I 25,0-29,9
Obes II ≥ 30
Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat dipakai rumus Broca, yaitu:
Berat Badan Idaman (BBI)= (TB-100)-10 %
Status gizi: BB aktual x 100 % / TB (cm)-100
BB kurang bila BB < 90 % BBI
BB normal bila BB 90-110 % BBI
BB lebih bila BB 110-120 % BBI
Gemuk bila BB > 120 % BBI
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan idaman dikalikan kebutuhan kalori basal (30 kkal/ KgBB untuk laki-laki; 25 kkal/ KgBB untuk wanita). Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10-30 %), untuk kerja ringan ditambah 20 % dari kalori basal, kerja sedang ditambah 30 % dari kalori basal dan kerja berat ditambah 40 % dari kalori basal. Sedangkan untuk orang yang kurus, dalam masa tumbuh kembang, terdapat infeksi, atau sedang hamil dan menyusui ditambah 20-30 % dari kalori basal.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20 %), siang (30 %) dan sore (25 %) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15 %) di antaranya.
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes tipe 2. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud adalah jalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga dan berkebun ettap dilakukan.
Intervensi Farmakologis
Obat Hipoglikemik Oral (OHO), berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 3 golongan:
- Pemicu sekresi insulin, misalnya sulfonilurea dan glinid
- Penambah sensitivitas insulin, misalnya metformin, tiazolidindion
- Penghambat absorpsi glukosa, yaitu penghambat glukosidase alfa (acarbose)
Insulin, misalnya diperlukan pada keadaan penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis dan ketoasidosis diabetik. Terapi kombinasi, merupakan kombinasi penggunaan OHO dan insulin
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentar yang diberikan.. Akan disampaikan dan ditanggapi segera..